Postingan

[4] Aksara

  desember /de⋅sem⋅ber/ adalah nafas baru. yang kuberi makna selalu begitu. lahirnya harapan baru, lahirnya sesuatu yang baru. meski banyak disumpahi; itu sama saja seperti yang telah lalu, atau ah itu mudah bagiku! namun aku pantang untuk dipatahkan, untuk hal-hal yang menjadi pegangan. adalah yang selalu kunanti. meski kesenangan tidak menjadi janji meski kekecewaan datang silih berganti. aku tetap menyambutnya sebagai penyederhana; ego, keadaan, dan pemikiran. desember ini tidak mudah terlewati pahit manis sudah dijalani namun masih kuat untuk tetap berdiri, maka terima kasih untuk diri; sudah bertahan sejauh ini. 30 Desember 2020 Halo Assalamualaikum! Apa aku terlambat? Desember sudah mau usai, padahal aku belum memulai. Masih uring-uringan, meraba sesuatu yang pantas untuk dituliskan. Kembali dikerdilkan oleh pemikiran yang tak tersadarkan. Kembali digamangkan untuk niat mengungkapkan; menuliskan. Dan tetap saja semua kembali tersimpan dalam memo harian. hehe. Iya, semua. Men...

[1] Sedangkal Pemahamanku

Halo Assalamualaikum! Sebuah apresiasi. Kecil namun berimpact yang besar. Input → Proses → Output. Dari input yang sama belum tentu menghasilkan output yang sama. Dari rahim yang sama belum tentu melahirkan anak yang bersifat sama pula. Sampai sini sudah paham mengapa terjadi seperti itu? Benar teman-teman, karena dalam proses, semua input itu mengalami banyak hal-hal yang tak sama. Masalah yang berbeda, pengalaman yang berbeda, sampai apresiasi yang diberikan padanya berbeda. Apresiasi diberikan kepada anak ketika ia mau untuk mengerjakan tugas, ketika ia sedang mengerjakan tugas, dan ketika anak berhasil mengerjakan tugas.  Apresiasi diberikan kepada anak bukan hanya ketika ia mampu meraih prestasi duniawi, memberi segudang materi, atau ketika ia cukup layak untuk dibandingkan dengan sebayanya yang lain. Karena itu justru akan membuat anak tersakiti. Pun sebuah apresiasi yang diberikan, tidak melulu dengan  memenuhi semua keinginannya atau memberinya  janji untuk membel...

[3] Aksara

  dia, bumiku. riuhnya tak didengar gundahnya tak diindahkan meski sakit, dia tidak menjerit meski ringkih, dia tetap sedia memberi pada semua, bahkan yang tak acuh padanya tetap seperti biasa, namun jauh dari merdeka. keserakahanmu adalah bukti dari buasnya nafsu yang menggelenggak tanpa ragu dan malu lantas, siapa yang kamu pedulikan? nurani siapa yang kamu dengarkan? mengapa kamu terus menggaungkan ketidakadilan? tidakkah kamu sendiri yang merenungi hingga hadir rasa peduli? tidakkah kamu sendiri yang menyadari hingga ingin memperbaiki? meski tak acuh adalah cirimu maka cukuplah berterima kasih, karena itu perlu. 15 Oktober 2020 Halo Assalamualaikum! Sudah lama tulisan-tulisan yang kubuat seperti di atas selalu kunamakan sebuah aksara. Bukan puisi. Aku belum cukup berani menyebutnya dengan ❛puisi❜. Bagiku puisi adalah sebutan yang terlalu istimewa untuk tulisanku yang ala kadarnya; jauh dari struktur yang benar, EYD yang tepat, namun yang kuamini hanya mempunyai kedalaman makna....

[2] Aksara

Sandiwara /san⋅di⋅wa⋅ra/ yang kulewati tidak mudah ada sesak di dada ada pilu di kalbu semua terangkum dalam satu tuju; Aku ingin cepat berlalu. tak hanya sikap yang dibuat beda, ucapnya pun terlampau membuatku cidera baginya aku tak punya rasa karena selalu dianggap belum dewasa. dan diam tetap menjadi andalan hingga seringkali kalut sendiri dalam pikiran tak pernah menjadi baik meski diungkapkan, aku tetap pribadi yang disalahkan. begitu. liku hidupku pelik dengan masalah yang membuat hilang arah dan berakhir dengan pasrah namun semua, mendewasakanku dalam setiap langkah. 17 Oktober 2020 Halo, Assalamualaikum! Yap, sandiwara atau kepura-puraan yang menjadi cerita Sabtu pagiku. Pura-pura untuk menerima dengan senyum agar terlihat tetap baik-baik saja. Padahal begitu kudibuat sesak, meski ia beralibi hanya sekadar jokes untuk menghadirkan tawa.  Mari sama-sama belajar merenungi dari apa yang semua terjadi, mungkin ada hal-hal yang menurutmu wajar, tapi kurang ajar bagi orang lain...

[1] Aksara

Aksara / ak·sa·ra/ pada aksara aku terbiasa mengadu; tentang hal yang semu, atau yang telah berlalu. dengan aksara aku ringan mengawan; menceritakan kegundahan, dan berakhir menemukan ketenangan. oleh aksara aku banyak belajar; menerima kurang ajar, kemudian memahami yang bersifat tidak wajar. 03 Oktober 2020   Halo, Assalamualaikum! Kenalkan, aku Lia. Si pemerhati sekaligus penyimak kejadian-kejadian sekitar tanpa berani mengungkapkan nurani dan pemikirannya. Eh tapi itu dulu, dan suatu kemajuan karena dengan lahirnya tulisan-tulisan dalam ruang ini aku akan mencoba mulai berani untuk speak up . :) Jadi sudah tahukan seamazed apa aku pada tulisan⎼aksara⎼ ini? Karena bagiku perannya sehebat itu. Enjoy, ya! Semoga ada sedikit hikmah yang dapat diambil setelah membacanya. :) Tetap jadikan Al-Qur'anmu sebagai bacaan yang utama.  ❣   Wassalamualaikum. Find me: @liaatris (ig).