[3] Aksara

 dia, bumiku.

riuhnya tak didengar
gundahnya tak diindahkan
meski sakit, dia tidak menjerit
meski ringkih, dia tetap sedia
memberi pada semua, bahkan yang tak acuh padanya
tetap seperti biasa, namun jauh dari merdeka.

keserakahanmu adalah bukti dari buasnya nafsu
yang menggelenggak tanpa ragu dan malu
lantas, siapa yang kamu pedulikan?
nurani siapa yang kamu dengarkan?
mengapa kamu terus menggaungkan ketidakadilan?

tidakkah kamu sendiri yang merenungi hingga hadir rasa peduli?
tidakkah kamu sendiri yang menyadari hingga ingin memperbaiki?
meski tak acuh adalah cirimu
maka cukuplah berterima kasih, karena itu perlu.

15 Oktober 2020

Halo Assalamualaikum!

Sudah lama tulisan-tulisan yang kubuat seperti di atas selalu kunamakan sebuah aksara. Bukan puisi. Aku belum cukup berani menyebutnya dengan ❛puisi❜. Bagiku puisi adalah sebutan yang terlalu istimewa untuk tulisanku yang ala kadarnya; jauh dari struktur yang benar, EYD yang tepat, namun yang kuamini hanya mempunyai kedalaman makna.

Aksara di atas juga adalah naskah yang kubuat untuk mengikuti suatu perlombaan. Tapi aku belum cukup berani untuk mengirimkannya. Karena kumerasa aksara di atas belum siap untuk diperlombakan. Juga terlalu sentimen, ada ketakutan menyinggung suatu pihak, dan terlalu gamblang.  Karena bagiku, sesuatu yang kubuat harus terasa benar dan tepat. Tidak boleh asal atau setengah-setengah. :')

Oktober tahun ini rasanya seperti berbeda. Memberi banyak kejutan, membuatku banyak merencanakan, tetapi hanya beberapa yang terealisasikan. Meski tidak sekarang, semoga masih ada waktu untuk bisa mewujudkan. Aamiin. :)

Tetap jadikan Al-Qur'anmu sebagai bacaan yang utama. ❣


Wassalamualaikum.

Find me: @liaatris (ig).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[4] Aksara

[1] Aksara

[2] Aksara