[1] Sedangkal Pemahamanku

Halo Assalamualaikum!
Sebuah apresiasi.
Kecil namun berimpact yang besar.

Input → Proses → Output.
Dari input yang sama belum tentu menghasilkan output yang sama. Dari rahim yang sama belum tentu melahirkan anak yang bersifat sama pula. Sampai sini sudah paham mengapa terjadi seperti itu? Benar teman-teman, karena dalam proses, semua input itu mengalami banyak hal-hal yang tak sama. Masalah yang berbeda, pengalaman yang berbeda, sampai apresiasi yang diberikan padanya berbeda.

Apresiasi diberikan kepada anak ketika ia mau untuk mengerjakan tugas, ketika ia sedang mengerjakan tugas, dan ketika anak berhasil mengerjakan tugas. 

Apresiasi diberikan kepada anak bukan hanya ketika ia mampu meraih prestasi duniawi, memberi segudang materi, atau ketika ia cukup layak untuk dibandingkan dengan sebayanya yang lain. Karena itu justru akan membuat anak tersakiti.

Pun sebuah apresiasi yang diberikan, tidak melulu dengan memenuhi semua keinginannya atau memberinya janji untuk membelikan hal-hal yang mewah. Sebuah apresiasi tidak perlu sesuatu yang mahal. Yang paling sederhana, bentuk apresiasi dapat dengan memberi semangat, senyuman, dan ucapan lisan.

Mari mematri dalam sanubari. Pantanglah untuk menyebutkan kekurangan anak, bahkan ketika itu ditujukan untuk dirinya sendiri dengan tujuan supaya anak menyadarinya. Tetapi ada baiknya kita memberi treatment kepada anak atau mensikapinya dengan cara yang tepat. Dan perlu diingat bahwa setiap anak itu unik, maka dalam mensikapinya pun punya keunikannya sendiri. Tidak bisa dipukul rata dengan satu treatment yang sama. Biarkan anak mencari, mengeksplorasi, dan menyadarinya sendiri. Karena itu jauh memberikan pengalaman hidup yang berharga baginya.

Katanya mendidik anak tidak ada sekolahnya. Semua harus dipupuk dengan jalan merenungi hal-hal yang terjadi. Dengan memperhatikan anak dan memahaminya. Namun memahami anak pun bukanlah suatu hal yang mudah, terlebih ketika kita belum selesai memahami diri kita sendiri. Lantas bagaimana? Semua hal tetap dan akan terus berjalan, anak akan terus tumbuh dan berkembang. Akan banyak kehilangan jika kita menyelesaikan diri sendiri terlebih dahulu dengan dalih agar bisa memahami anak. Karna itu kita tetap harus mendampingi, mencoba, merenungi, dan mensyukuri setiap tumbuh kembang anak. 

Resep sederhana dan umum orang tau, perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Bercermin pada diri sendiri itu lebih baik. Begitu pun dengan anak. Dan ingat jangan simpan keinginan kita pada anak kita, itu jauh akan membebaninya. Tidak perlu menuntut ini itu, tidak perlu menyuruh ini itu. Biarkan anak dewasa melalui jalan dan masalahnya sendiri.

Sebagaimana judulnya, tulisan ini dibuat berdasarkan pemahamanku yang dangkal. Dan ditulis setelah merenungi kejadian-kejadian sekitar. Yang tidak mengenakkan dan menurutku masih terdapat hal-hal yang kurang tepat dalam memperlakukan anak. Cukup sedih, cukup membuat resah hati. Semoga ada pembelajaran yang didapatkan dari tulisan ini. Aamiin :)

Tetap jadikan Al-Qur'anmu sebagai bacaan yang utama. ❣

Wassalamualaikum.
Find me: @liaatris (ig).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

[4] Aksara

[1] Aksara

[2] Aksara